Mahasiswa Aktivis
Yang Pragmatis VS Mahasiswa Apatis
Saya
teringat kata kata Tan Malaka yang berbunyi :
“Idealisme
adalah kemewahan terakhir yang dimiliki oleh pemuda “.
Di
era globalisasi ini dunia pergerakan mahasiswa mulai semakin hilang wibawa dan jati
diri Aktivis. Pergerakan mereka monoton dan seakan akan memaksakan kehendak
yang tidak jelas substansinya. Banyak sekali
mahasiswa aktivis yang bebelok jauh dan meninggal kan sebuah nilai yang
harusnya mereka bawa sebagai mahasiswa aktivis. Di lihat dari sisi idealisnya
pun sudah mulai lenyap atau memang sudah tidak jelas. Mau di bilang idealis,
yah tidak juga, mau dibilang tidak
idealis, ya salah juga.
Para
aktivis ikut mengamini kalimat tan malaka diatas, banyak sekali aktivis yang
menyerukan kalimat itu di berbagai kesempatan forum mauapun hanya sekedar
diskusi kusir belaka. Dan saya kurang tau mereka mengamini seperti apa?.. dalam
pikiran saja kah? Dalam ucapan?.. atau mungkin sampai mengilhami dari setiap
tingkah lakunya.. sangat sulit memang bagi saya untuk menilainya.
Sudah
jadi rahasia umum bahwa mahasiswa hari ini banyak sekali yang menggunakan
kalimat-kalimat seperti halnya diatas hanya sebagai pendongkrak citra pribadi,
kita sering melihat update status di
media sosial, menciptakan kata-kata puitis, share ke semua grup miliknya dan
bertujuan untuk memenuhi hawa nafsu pribadi saja, Agar dianggap bijak oleh
kalangan warganet. Ini terlihat tidak berbeda jauh dengan media komersil yang
mudah dinikmati oleh khalayak ramai, bukan kah begituh.
Dalam penulisan ini, bukan berarti saya
menjastifikasi bahwa semua aktivis hari ini seperti itu. Namun, tepatnya saya
hanya membangkitkan ingatan kalian bahwa mayoritas mahasiswa hari ini telah
memanfaatkan hal ini untuk menuju kesana. Kemudian, apa hubungan nya dengan
aktivis pragmatis?? Bahkan hingga kepada mahasiswa apatis?..
Baca Juga : Paradigma belum tentu
Aktivis Mahasiswa dan sikap
pragmatis
Berbicara
tentang tentang aktivis pasti yang muncul di benak kita adalah mahasiswa yang
tukang demo/aksi di jalan dan kadang rusuh bahkan sampai berkelahi dengan
polisi, kita tidak bisa menghindari justifikasi itu karena kenyataannya
demikian bukan??... Namun apa yang saya pahami bahwa aktivis mahasiswa berarti
mereka yang aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, intra mauapun ekstra kampus.
Mereka adalah pendorong dan penggerak dari sebuah organisasi. Bisa saja di
artikan mereka orang penting di kelompok, banyak berprestasi, membuat sebuah
acara kemahasiswaan atau kemasyarakatan.
Pragmatis
adalah sebuah paham yang menjurus kepada pola pikir tindakan instan untuk
mendapatkan keuntungan pribadi yang lebih cepat dan banyak. Mereka yang
berpandangan seperti ini sadar maupun tidak sadar akan mempertimbangkan fungsi,
kegunaan dan sebuah keuntungan apa yang akan mereka dapatkan ketika ikut andil
dalam suatu hal organisasi atau komunitas kemahasiswaan. Keuntungan disini
sifatnya materiil. Calon anggota DPRD,
misalnya. Ketika ia akan membantu suatu daerah ia akan berpikir terlebih
dahulu, apakah tindakannya mampu menguntungkan dia,, suara pemilunya nambah
atau tidak??. Warga nya banyak yang pro dan memilih saya atau tidak??.. dan
sebagainya. Beragam pertanyaan tentang feedback
yang akan ia dapatkan setelahnya.
Disini
Saya mencoba membedakan 3 aktivis mahasiswa, yaitu mereka yang bergerak di
internal kampus, eksternal kampus, dan keduanya. Jika dalam ruang lingkup
intenal kampus, ideal pondasi pemikirannya adalah tentang kampus saja. Kalau
mereka yang bergerak di eksternal biasanya sudah tinggi lagi pondasi
pemikirannya. Yaitu berdasarkan ideologi yang mereka yakini.
Dari 3
macam aktivis mahasiswa diatas. Memang tidak ditemukan sebuah kesalahan. Namun,
jika mulai berbelok dari idealis mereka inilah yang patut menjadi perhatian
kita. Yah, dijaman sekarang ini Sudah menjadi rahasia umum lagi bahwa banyak
mahasiswa yang ikut menjadi panitia hanya untuk mengejar sertifikatnya saja,
ataupun mereka yang memasuki organisasi tersebut hanya untuk mencari jaringan
yang luas. Memang tidak salah tapi hal ini berefek kepada banyaknya kegiatan
mahasiswa yang tidak dia perhatikan, hanya sebagian saja yang menjadi sorotan.
Padahal, dilapangan teman-teman seperjuangannya sangat membutuh kontribusinya.
Coba
kita lihat lebih jauh lagi, kita ambil sempel Presiden BEM atau SEMA. yaitu
tingkat paling bergengsi bagi dunia kampus, bagaimana seoarang mahasiswa
mengajukan diri sebagai presiden mahasiswa, ada yang hanya ingin numpang eksis
dan terlihat oleh kalangan mahasiswa lainnya. Atau hanya memuluskan eksistensi
organisasi yang ia bawa. Maka segal dalih ia perjuangkan demi terpilih menjadi
presiden mahasiswa. Padahal secara pengalaman, kapasitas keilmuan dan
kemapuannya dalam hal memimpin jauh dari kata “Sanggup”. Alhasil ketika kampus
bergejolak. Protes sana sini. Isu miring dimana-mana. Kinerja nya di organisasi
menurun bahkan bisa saja menghilang dari pandangan. Atau saat mengambil
keputusan hanya mangguk mangguk menuruti
senior di dalam organisasi background yang ia bawa tanpa melihat positif dan
negatif nya bagi kemaslahatan mahasiswa. . Ah sudahlah, suka sekali mereka ini
bermain dalam keseriusan.
Di
jaman sekarang ini banyak modus yang akhirnya membuat mereka menuhankan materi,
menuhankan popularitas, sehingga menjadi penghamba ucapan terimakasih dari
orang lain. Maka tidak heran makin hari pergerakan mahasiswa mulai kendur, dan
kehilangan arah idelis-nya. Karena memang semuanya terasa lenyap karena
tergerus oleh kepentingan pribadi dan meniadakan kepentingan bersama.
Baca juga : kiat sukses memimpin ala pendiri Apple inc.
MAHASISWA
APATIS
Mahasiswa
apatis rasanya sangat seru untuk kita bahas. Karena banyak kita temui di forum
dan diskusi atau sosmed banyak mahasiswa yang menamakan dirinya AKTIVIS,
menyerukan agar mahasiswa jangan apatis. Banyak sekali kata kata yang
menyudutkan mahasiswa apatis, salah satunya Mereka menyindirnya dengan kata mahasiswa
KUPU-KUPU (Kuliah Pulang-Kuliah pulang). Sebetulnya sindiran ini di pakai
sebagai dalil mereka untuk menarik teman-teman yang dianggap tidak peka sosial
agar ikut andil di dalam pergerakan organisasinya.
Saya
tegas kan bahwa saya tidak berpikiran hal ini salah atau tidak. Mereka yang
disebut apatis ini, terkadang hanya ingin fokus kegiatan akademiknya. Tidak mau
ada gangguan dari urusan lain di luar hal tersebut. Bisa jadi mereka tidak
punya kesanggupan untuk memikirkan hal lain, atau bisa saja mereka ingin sebuah
hiburan di luar waktu efektifnya berkualiah. Karena setiap manusia mempunyai
kepribadian yang berbeda dan cita cita yang berbeda.
Saya
pernah ngobrol ringan dengan mahasiswa lain lintas kampus, akhrinya mendapatkan
banyak alasan yang menjadikan dia seoarang mahasiswa apatis. Satu hal yang
paling menarik perhatian saya saat seorang mahasiswa teknik berpendapat kurang
lebih demikian. ” Mahasiswa aktivis itu berlagak tau tentang semua permasalahan
yang dihadapi pemerintahan, bahkan saya paling bingung mereka bisa tau banyak
hal kejanggalan di tubuh pemerintah, apakah di tubuh pemerintah terdapat
seorang penghianat yang membocorkan kesalahan sekecil apapun untuk menjatuhkan
sebuah kepemerintahan yang dia tidak sukai. Memang ini baik bagi intropeksi
diri, tpi mempermasalahkan hal kecil juga bisa membuat pemerintah tidak fokus
membangun daerah dalam waktu panjang, yang dia lakukan hanya pembangunan jangka
pendek. Kita sama sama tau dari jaman
soekarno sampe jaman jokowi indonesia belum maju padahal dari rentan jaman itu
mahasiswa indonesia aktivis dalam hal mengkritisi pemerintah. Bahkan terjadi
reformasi besar besaran oleh mahasiswa pada tahun 98, disini titik dimana
aktivis besar besaran menduduki kursi kepemerintahan. tapi nyata kita hanya
dibawa ke dunia lain, koruspsi masih saja terjadi, kesenjangan sosial masih
saja meliputi negeri, keberpihakan hukum juga sering di jalani dan besarnya
angka kemiskinan masih saja tak terhindari. Lagian jadi mahasiwa aktivis itu
hanya nyapein badan pagi demo siang demo, panas panasan dan tak dapat apa-apa. Oleh
sebab itu saya fokus kepada akademik, dengan banyak baca buku dan belajar
kepada guru. untuk mengupgrade kepridan saya, suatu saat juga indonesia akan
butuh tenaga dan pemikiran saya”. Wah jawaban yang membuat sedikit tercengang
juga yah. Saya mengerti memang setiap orang punya proposal hidup nya masing
masing. yang terpentingkan di pikiran kita masih ada sikap saling membantu sama
lain, dan tidak mementingkan keuntungan pribadi saja.
Walaupun akibat yang di timbulkan perasaan
apatisme dikalangan mahasiswa ini juga berpengaruh pada kurang nya dinamis dan
setiap orang tetap menjadi budak –budak sistem yang mengkotak-kotakkan kita
sebagai idealis merdeka. Semua memikirkan kepentingan pribadi, kesenangan
pribadi, dan akhirnya mereka gabut dan hanya menghabiskan semua hartanya untuk
kepentingan pribadinya. Hal ini akan menimbulkan tidak ada niatan untuk
berkontribusi kepada sesama.
Akhir
dari pembahasan ini, saya selalu menempatkan kedua tipe mahasiswa sebagai golongan
yang perlu disadarkan. Mahasiwa aktivis perlu sadar diri karena kalau hanya memikirkan keuntungan
di dalamnya itu kesalah besar. Golongan ini harus tetap menjunjung tinggi
idealismenya hingga tua, agar ketika sudah saat nanti memimpin bangsa ini merek
tidak menjadi pelacur ideologi yang merugikan banyak pihak.
Begitu
juga dengan mahasiswa yang hanya memikirkan dirinya sendiri. Ingatlah, orang
hebat terlahir bukan dengan sendiri nya, tetapi mereka lahir dari sebuah
tekanan hidup yang luar biasa, mereka keluar dari zona nyaman yang menjadikan
kita lupa banyak orang orang yang tidak seberuntung kalian bisa berpendidikan
di perguruan tinggi.
Saat
ini yang kita butuhkan adalah intropeksi masing masing pribadi, agar tidak menjadi mahasiswa yang peduli terhadap sesama, atau menjadi mahasiswa aktivis yang pragmatis. indonesia perlu orang orang ikhlas dan jujur didalamnya bukan orang orang yang hanya mementingkan diri sendiri. mahasiswa bukan hanya bisa mengkritisi tapi setidak bisa menjadi solusi atas carut marut nya negeri yang kita pijaki ini. Hidup Mahasiswa !!!.. Hidup Rakyat !!!..
baca juga : paradigma belum tentu, jangan sampai kita menilai orang dengan muda
baca juga : paradigma belum tentu, jangan sampai kita menilai orang dengan muda
0 comments:
Post a Comment