Musibah;
Antara Cobaan,
Peringatan
dan Adzab Tuhan
(3)
6. Allah
Tak Pernah Membebani Diluar Kemampuan Kita
Ketahuilah bahwa sesedih apa pun perasaan yang saat
ini Anda rasakan, semua itu adalah masih dalam ambang batas wajar. Yakinlah bahwa
semua musibah segala macam bentuknya semua itu sudah didesain oleh Allah sesuai
dengan ukuran kesabaran manusia. Sama sekali Allah tidak semerta-merta memberi
cobaan kepada manusia dengan seenaknya sendiri. Dalam sebuah ayat Allah sudah
berjanji akan hal itu.
“Allah
tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS. Al Baqarah:286).
Berdasarkan kenyataan yang demikian, maka taka da
istilahnya manusia yang tak sanggup bersabar dalam derita. Secara teori semua
manusia mampu untuk tegar dalam menghadapi cobaan.
Pernah kah anda meresapi penderita Nabi Ayyub,
Sungguh ngeri melihat cobaan hidup yang dijalani Nabi Ayyub. Kalau anda kini
sedang menerima cobaan hidup, berat manakah beban derita yang dipikul oleh
Ayyub? Kalau kini Anda sedang mengalami kebangkrutan dalam bisnis karena ditipu
orang, apakah secara bersamaan itu juga ditinggal mati oleh putra putri
tersayang? Atau saat ini Anda jatuh miskin padahal sebelumnya Anda adalah orang
yang kaya raya, apakah anda jatuh sakit sampai 17 tahun dimana sakit itu
orang-orang menjadi jijik melihat Anda? Hingga anda sampai diusir oleh orang
kampung.
Kalu memang derita hidup kini Anda Tanggung tak
seberat yang diterima Nabi Ayyub, maka itu masih bisa dikatakan beban yang
ringan. Maka cobalah untuk tetap bersabar. Inilah kuncinya. Ingat, sebuah
musibah jika tidak diiringi dengan kesabaran atau Anda tidak menerima kenyataan
tersebut, tetap saja musibah itu akan menimpa .akan tetapi jika dihadapi itu
dengan kesabaran meski dengan itu musibah pun akan tetap menimp. Namun
setidak-tidaknya dengan sabar Anda bisa tegar. Dan Anda akan menemukan sesuatu
yang berharga dibalik musibah.
7. Badai
Pasti Berlalu
Secara
teori kehidupan di bumi, diciptakan oleh Allah secara berpasang-pasangan dan
saling berjodohan. Alah sendiri telah menyatakan hal tersebut dalam salah satu
firman-Nya yang artinya:
“ Dan segala sesuatu kami ciptakan
berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah “ (Adz Dzaariyat:49)
Maksud berpasang-pasangan disini adalah saling
berjodohan, saling melengkapi dan saling terkait satu sama lalin. Secara Dzahir
berpasangan-pasangan memang menunjukan arti yang berlawanan, akan tetapi
dibalik ketidaksamaan tersebut terdapat unsur saling melengkapi antar satu
dengan yang lainnya. Atas dasar inilah maka secara teori semua hal yang
berpasang-pasangan tidak bisa dipisah-pisahkan. Meskipun adanya tidak secara
bersamaan, maka pasti keberadaannya akan menyusul kemudian.
Lihatlah ketika Allah menciptakan siang Allah juga
menciptakan malam, saat membuat matahari Allah juga menciptakan bulan. Dalam
kenyataan hidup juga demikian ada besar-kecil, kaya-miskin, panjang-pendek,
begitu seterusnya.
Ketahuilah bahwa kebahagian dan kesedihan tak
ubahnya seperti siang dan malam, saat anda sedang dirundung sedih, pada saat
bersamaan anda sedang menanti datangnya
kebahgiaan, dan ketahuilah bahwa adanya kebahagian sesudah kesedihan adalah
merupakan ketetapan yang Tuhan gariskan dalam kehidupan manusia. Lihatlah Allah
sendiri sudah menyatakan:
“Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan
itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”.
(QS.
Al Insyirah:4-5)
Lewat ayat diatas Allah ingin menandaskan sekaligus
ingin menekankan berkali-kali kepada manusia bahwa kenyataan hidup memang
seperti itu. Adapun Allah sampai mengulanginya dua kali adalah karena
sepenuhnya Allah Maha Tahu bahwa manusia tak bisa mudah begitu saja mempercayai
bawa mereka setelah menemukan kesulitan
dibalik itu ada kemudahan. Maka Allah pun menegaskan nya sekali lagi. Tujuannya
jelas supaya manusia yakin sepenuhnya akan kenyataan hukum alam bahwa ada
kesusahan ada kebahagiaan. Ada kesulitan ada kelapangan. Ada penderitaan pasti
akan muncul kedamaian.
0 comments:
Post a Comment