Wednesday, December 13, 2017



Paradigma “Belum Tentu”

Kita Hidup di dunia yang penuh dengan pengandai-pengandaian yang begitu saja kita percayai. Misalkan orang yang banyak harta dianggap pintar, atau orang yang punya sopan santun baik dianggap orang-orang baik dan bermoral. Namun seringkali pengandaian itu belum tentu benar, barangkali sebelum kita mempercayai pengandaian itu ada baiknya kita menguji dulu pengandaian tersebut. di era globalisasi ini informasi yang semakin mudah kita dapatkan, kita perlu para pemikir pemikir kritis, setidaknya kita perlu paradigma belum tentu, sebelum kita salah sangka, atau malah tertipu.
Kekayaan

Berbicara mengenai kekayaan, kita selalu beranggapan bahwa orang kaya adalah orang pintar. Banyak orang kaya dapat dari warisan. Bisa juga menang lotre, menipu, atau mungkin korupsi kemudian dia menjadi kaya. Tidak ada hubungan yang pasti antara orang kaya dengan pintar.

Di indonesia sendiri, saya sering melihat bahwa orang kaya dianggap cerdas. Pendapat-pendapat mereka pasti di dengar, bukan karena pendapat itu benar, tetapi lebih kepada siapa yang berbicara pendapat itu. Bahkan kita sama-sama tahu dengan kondisi negeri ini, orang kaya lebih mudah mencalonkan DPR/DPRD bukan karena mereka layak menyandang profesi itu, melainkan karena mereka orang kaya.

Orang kaya juga belum tentu berhati baik. Di balik sumbangan yang diberikan, mungkin saja punya motif-motif tersembunyi yang tak terlalu luhur. Ia seringkali punya agenda politik dan bisnis di dalamnya. Tidak ada hubungan pasti antara kekayaan dan kebaikan hati.

Di indonesia seorang yang kaya, terutama ketika menyumbang, lagsung dianggap orang baik. Berbagai cap positif langsung di tempelkan ke mereka secara naif, apalagi jika yang muji itu kecipratan harta dari nya. Uang berlimpah menutupi sikap kritis. Orang lalu buta dan bisu ketika di lumuri oleh harta berlimpah dari pemilik harta. “ Maju Tak Gentar Membela Yang Bayar “ begitu kata orang. Kita perlu menerpakan paradigma “belum tentu” di dalam menghubungkan antara kekayaan dan kebaikan hati. Orang kaya belum tentu baik walau mereka telah menyumbang banyak harta yang berlimpah, kita jangan sampai tertipu atau tergiur dengan iming-iming harta yang berlimpah untuk membela kebenaran.
Litani “Belum tentu”

Masih banyak litani “Belum Tentu” dalam kehidupan kita. Orang miskin belum tentu bodoh. orang miskin belum tak merasa bahagia. Bisa saja dia miskin karena di tipu orang, atau karena hidup telah mempermainkan dirinya. Mungkin saja dia miskin karena dia cinta kesederhana hidup, dan tak mau di perbudak dengan materi.

Orang yang tak lazim dalam berprilaku belum tentu gila, mungkin saja dia terlalu kreatif dalam memandang hidup dari sudut yang unik, yang tak pernah dimiliki orang lain.begitu pula sebaliknya orang yang waras juga belum sehat, mungkin saja mereka menutupi ketidak warasan dengan berprilaku normal, bukankan para pemerkosa, pembunuh, korupsi adalah orang-orang yang berprilaku normal bukan??...

Institusi ternama juga belum tentu bermutu, atau sekolah terkenal juga belum tentu mempunyai sistem pendidikan yang berkualitas baik. Universitas besar juga belum tentu mampu mendidik para mahasiswa nya secara benar.
Orang berijazah juga belum tentu mampu bekerja dan mempunyai karakter yang baik, begutupun sebaliknya. Dari banyak nya ketidakmungkinan dan “Belum Tentu” kita harus menelaah lebih jauh lagi.

Berpikir Terbuka

Di era globalisasi ini tepatnya pada tahun 2017, kita perlu berpikir terbuka dan kritis. Apalagi apa yang terjadi di masyarakat akhir-akhir ini, berita yang belum tentu benar bertebaran di mana mana, di dunia nyata maupun di dunia maya. Kita perlu menggunakan Paradigma “Belum Tentu” didalam kehidupan sehari-hari. Jangan sampai kita tertipu, atau salah dan bertindak, karena kita masih berpegang kepada pengandaian naif yang belum tentu terbukti kebenarannya.

Dengan tulisan bukan berarti saya mengajak anda kepada pemikiran SUDZON kepada semua orang, tetapi lebih tepatnya saya ingin mengajak anda sebagai mahasiswa yang katanya “ KAUM TERDIDIK ” untuk bersikap lebih hati-hati, berpikir kritis, dan mungkin saja dengan banyak kemungkinan dalam pengandaian itu, justru membawa kalian kepada tindakan kreatif dan menghasilkan hal-hal bermutu untuk masyarakat kita. Karena sudah tugas kita sebagai Agent of Change.



0 comments:

Post a Comment

BTemplates.com

Total Page views

Search This Blog

Translate

Followers

Popular Posts

Blog Archive