Menelusuri Sumber-Sumber
Musibah Dalam Hidup
(2)
(2)
2. Mungkin
Kita Pernah Bersalah Sama Orang Lain
Jika dilihat dari objek nya, dosa dibagi dua macam,
yaitu dosa kepada Allah dan dosa kepada sesama manusia. Bila dibandingkan dosa
pertama dan kedua, maka dosa yang kedua dinilai sulit untuk dihapus. Mengapa
demikian? Sebab dosa kepada Allah lebih mudah diampuni selagi seseorang itu mau
tulus ikhlas memohon ampun kepada-Nya yang dibarengi dengan niatan tobat.
Kalau Allah begitu mudah mengampuni dosa-dosa yang
dilakukan hambanya maka tidak demikian dengan seseorang untuk memberi maaf
kepada orang lain. Jika seseorang punya dosa kepada orang lain , selagi orang
tersebut tidak memberikan maaf, maka
Allah pun tak akan menghapus dosa orang tersebut. Disinilah letak kesulitan
untuk menghapus nya. Kalau Allah Maha Pengampunan terhadap kesalahan hamba, maka
sifat ini tidak dimiliki oleh manusia. Seseorang lebih sulit memberikan
maaafnya kepada orang lain, apalagi jika dosa yang dilakukan seseorang itu
teramat menyakitkan hati.
Dosa kepada sesama manusia bukan hanya berdampak di
akhirat tetapi boleh jadi juga akan memunculkan adzab sengsara didunia. Dan ini
banyak fakta yang menunjukan demikian, bahwa perbuatan dzhalim yang dilakukan
seseorang terhadap orang lain akan mengakibatkan kesengsaraan hidup bagi sang
pelaku dzhalim itu sendiri. Fenomena seperti itu oleh orang jawa sering disebut
“Kualat” (Hukum Karma), yakni mendapat bencana hidup akibat kesalahan dan dosa
kepada orang lain.Sadarlah bahwa jauh jauh hari Nabi Muhammad SAW sendiri sudah
mengingatkan kita akan bahaya tindak aniaya terhadap orag lain.
“Takutlah
kalian terhadap doa orang-orang yang teraniaya, meskipun orang itu seorang yang
kafir, sebab sesungguhnya (Do’a orang teraniaya) dengan Allah tidak ada
penghalang”
Sungguh Allah tak main-main membela orang yang
terdzhalimi, orang-orang yang teraniaya, dan orang yang tertindas oleh
kesewenang-wenangan dan ketidak adilan orang lain. Allah akan segera memberikan
pertolongan kepada mereka yang menjerit lantaran dianiaya seseorang. Siapapun
orangnya, jika ia benar-benar diperlakukan kesewenang-wenangan oleh orang lain,
maka Alah akan hadirkakn pertolongan.
3. Apakah
Semua Itu Tidak Karena Kebodohan Kita
Adanya musibah atau kegagalan dalam hidup sebenarnya
bisa di-jadikan sebagai koreksi diri. Apakah musibah dan kegagalan itu
benar-benar ketetapan Tuhan atau bukan. Jika memang hal itu bukan merupakan
ketetapan Tuhan yang harus dijalani, maka kemungkinannya ada bermacam-macam,
dan salah satunya adalah akibat kebodohan kita sendiri. Dalam hal ini yang salah bukan siapa-siapa,
tetapi KITA !
Allah SWT berfirman
:
“Sesungguhnya Allah tidak berbuat dzalim kepada
manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat dzalim kepada diri
mereka sendiri”(QS. Yunus: 44).
Selama ini, bentuk-bentuk kegagalan, kenistaan, dan
kemelaratan hidup yang dialimi manusia sering kali dianggap sebagai suratan
takdir Tuhan yang harus diterima oleh manusia sengan sikap pasrah yangpasif.
Manusia mungkin sadar bahwa persepsi yang demikian itu sama dengan su’udzan
kepada Allah, bahkan, pada tingkat yang fatal manusia telah menuduh dan
menyalahkan Allah, “Allah lah dibalik semua kegagalan ini”.
Subhanallah! Sabarkan hati Anda! Allah membantu
tuduhan itu dengan firman-Nya yang artinya :
“Apa
saja yang menimpamu berupa kebaikan adalah dari Allah, dan apa saja yang
menimpamu berupa keburukan adalah dari kesalahan dirimu sendiri” (QS. An-Nisa:79).
Suatu keburukan yang menimpa manusia bisa berupa aoa
saja. Namun, apapun bentuk dari keburukan itu dan dari mana saja datangnya,
yang jelas semuanya datang disebabkan oleh kesalahan dan kebodohan manusia
sendiri
Lanjut Ke Halaman 3
Lanjut Ke Halaman 3
0 comments:
Post a Comment