Sunday, December 10, 2017


Menelusuri Sumber-Sumber
Musibah Dalam Hidup
(2)

2.      Mungkin Kita Pernah Bersalah Sama Orang Lain

Jika dilihat dari objek nya, dosa dibagi dua macam, yaitu dosa kepada Allah dan dosa kepada sesama manusia. Bila dibandingkan dosa pertama dan kedua, maka dosa yang kedua dinilai sulit untuk dihapus. Mengapa demikian? Sebab dosa kepada Allah lebih mudah diampuni selagi seseorang itu mau tulus ikhlas memohon ampun kepada-Nya yang dibarengi dengan niatan tobat.

Kalau Allah begitu mudah mengampuni dosa-dosa yang dilakukan hambanya maka tidak demikian dengan seseorang untuk memberi maaf kepada orang lain. Jika seseorang punya dosa kepada orang lain , selagi orang tersebut  tidak memberikan maaf, maka Allah pun tak akan menghapus dosa orang tersebut. Disinilah letak kesulitan untuk menghapus nya. Kalau Allah Maha Pengampunan terhadap kesalahan hamba, maka sifat ini tidak dimiliki  oleh  manusia. Seseorang lebih sulit memberikan maaafnya kepada orang lain, apalagi jika dosa yang dilakukan seseorang itu teramat menyakitkan hati.

Dosa kepada sesama manusia bukan hanya berdampak di akhirat tetapi boleh jadi juga akan memunculkan adzab sengsara didunia. Dan ini banyak fakta yang menunjukan demikian, bahwa perbuatan dzhalim yang dilakukan seseorang terhadap orang lain akan mengakibatkan kesengsaraan hidup bagi sang pelaku dzhalim itu sendiri. Fenomena seperti itu oleh orang jawa sering disebut “Kualat” (Hukum Karma), yakni mendapat bencana hidup akibat kesalahan dan dosa kepada orang lain.Sadarlah bahwa jauh jauh hari Nabi Muhammad SAW sendiri sudah mengingatkan kita akan bahaya tindak aniaya terhadap orag lain.

“Takutlah kalian terhadap doa orang-orang yang teraniaya, meskipun orang itu seorang yang kafir, sebab sesungguhnya (Do’a orang teraniaya) dengan Allah tidak ada penghalang”

Sungguh Allah tak main-main membela orang yang terdzhalimi, orang-orang yang teraniaya, dan orang yang tertindas oleh kesewenang-wenangan dan ketidak adilan orang lain. Allah akan segera memberikan pertolongan kepada mereka yang menjerit lantaran dianiaya seseorang. Siapapun orangnya, jika ia benar-benar diperlakukan kesewenang-wenangan oleh orang lain, maka Alah akan hadirkakn pertolongan.

3.      Apakah Semua Itu Tidak Karena Kebodohan Kita

Adanya musibah atau kegagalan dalam hidup sebenarnya bisa di-jadikan sebagai koreksi diri. Apakah musibah dan kegagalan itu benar-benar ketetapan Tuhan atau bukan. Jika memang hal itu bukan merupakan ketetapan Tuhan yang harus dijalani, maka kemungkinannya ada bermacam-macam, dan salah satunya adalah akibat kebodohan kita sendiri.  Dalam hal ini yang salah bukan siapa-siapa, tetapi KITA !

Allah SWT berfirman :

“Sesungguhnya Allah tidak berbuat dzalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat dzalim kepada diri mereka sendiri”(QS. Yunus: 44).

Selama ini, bentuk-bentuk kegagalan, kenistaan, dan kemelaratan hidup yang dialimi manusia sering kali dianggap sebagai suratan takdir Tuhan yang harus diterima oleh manusia sengan sikap pasrah yangpasif. Manusia mungkin sadar bahwa persepsi yang demikian itu sama dengan su’udzan kepada Allah, bahkan, pada tingkat yang fatal manusia telah menuduh dan menyalahkan Allah, “Allah lah dibalik semua kegagalan ini”.

Subhanallah! Sabarkan hati Anda! Allah membantu tuduhan itu dengan firman-Nya yang artinya :

“Apa saja yang menimpamu berupa kebaikan adalah dari Allah, dan apa saja yang menimpamu berupa keburukan adalah dari kesalahan dirimu sendiri” (QS. An-Nisa:79).

Suatu keburukan yang menimpa manusia bisa berupa aoa saja. Namun, apapun bentuk dari keburukan itu dan dari mana saja datangnya, yang jelas semuanya datang disebabkan oleh kesalahan dan kebodohan manusia sendiri

Lanjut Ke Halaman 3

0 comments:

Post a Comment

BTemplates.com

Total Page views

Search This Blog

Translate

Followers

Popular Posts

Blog Archive